DIKLAT II LAWU

DIKLAT II LAWU

THE SCRAFT

THE SCRAFT

Pages

Wednesday, May 25, 2011

SAR (SEARCH AND RESCUE)

SAR, akronim dari Search and Rescue, adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaranpenerbangan, dan bencana.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.
Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan(recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.



Sistem SAR
Ada 5 tahapan dalam operasi SAR :
1.

Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran) 


Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat/ musibah)


2.

Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan/ Preliminary Mode)


Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan bahwa berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan sebagai :




a.
INCERFA (Uncertainity Phase/ Fase meragukan) :


adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.

b.
ALERFA (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga) :


adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).

c.
DITRESFA (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya) :


adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan dapat langsung pada tingkat Ditresfa yang banyak terjadi.



3.

Planning Stage (Tahap Perencanaan/ Confinement Mode)


Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain :

*
Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).

*
Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).

*
Degree of Search Planning (tingkatan perencanaan pencarian).

*
Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).



4.

Operation Stage (Pertolongan)


Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi :

*
Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.

*
Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.

*
Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).

*
Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode).

*
Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).

*
Mengadakan briefing kepada SRU.

*
Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.

*
Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.

*
Melakukan penggantian/ penjadualan SRU dilokasi Kejadian.



5.

Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi / Evaluasi)


Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok masyarakat.

Pola-pola Pencarian
Ada 8 kelompok utama pola pencarian, sebagai berikut :
- track line
- parallel
- creeping line
- square
- sector
- contour
- flare
- homing
Pola-pola pencarian yang sering dilakukan pada misi SAR darat (khususnya di Indonesia) adalah track line, parallel, dan contour. Untuk menamakan sesuatu pada pencarian SAR. Biasanya digunakan dengan huruf-huruf awal yang terdiri dari 3 huruf.

Huruf 1 : Pola pencarian yang digunakan, misalnya T (track line), P (parallel)
Huruf 2 : Unit yang terlibat, misalnya : S (single unit), M (multi unit).
Huruf 3 : Keterangan pelengkap, misalnya :
C = coordinated (dengan koordinasi) atau circle (melingkari)
R = radar (digunakan untuk pengendalian) atau return to starting point
N = Non return (tidak perlu kembali ke titik awal)
L = Loran line (sesuai garis loran)
Pencarian dengan pola garis lintasan (track line) digunakan :
  • Bila seseorang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang direncanakan dan tidak diketahui data-data lain, berarti jalur perjalanan/garis lintasan merupakan satu-satunya data.
  • Untuk usaha pencarian secara fisik yang pertama kali dapat dilakukan misalnya meminta bantuan pada pesawat komersil yang kebetulan melintas jalur tersebut.

Sunday, May 22, 2011

THE SCRAFT

Sabtu, 21 Mei 2011
Kami Anggota Palawa angkatan XVI mendapat scraft merah.
Untuk mendapatkannya tak mudah, kami harus mengikuti beberapa tes. Diantaranya 2 kali diklat, yaitu Diklat Bligo dan Diklat Lawu. Lalu olah raga fisik. hanya 20 orang yang berhasil mendapat scraft merah ini. Namun saat pemberian scraft ada beberapa anggota yang tidak masuk, jadi anggota tersebut akan diuji sendiri nantinya.
Sore itu, kira-kira sudah pukul 17.00 kami diberi arahan sedikit tentang organisasi Palawa. Setelah itu, kami disuruh lari, bagi yang perempuan 5 kali, laki-laki 10 kali. Setelah menjalani tes lari, kami berkeliling kampus mencari scraft yang telah disembunyikan di sekitar kampus WIMA.
Semua anggota mulai berputar-putar mengelilingi kampus. Untuk ketua kita saat itu, mas Wakhid, harus jalan jongkok 3 kali. Dan 3 anggota yang belum menemukan scraft jalan jongkok 3 kali juga. Lalu anggota yang tidak memakai seragam Palawa jalan jongkok 5 kali.
Setelah semua merasa lelah, senior kami mengintruksikan supaya istirahat terlebih dahulu. Lalu kami menuju depan beskem dan sekedar bercengkerama dengan api unggun kecil yang menyala dan malam yang semakin dingin.
Begitulah suasana saat pemberian scraft, ini merupakan tradisi turun-temurun kami. Hal ini bisa menambah kekraban kami sesama anggota senior maupun junior.

Diklat KTA

Salam Rimba,


Persiapkan tenaga, fisik, n pikiran serta mental untuk diklat KTA tanggal 11 & 12 Juni 2011..... 


Start jam 14.00 WIB kumpul di Basecamp PALAWA WIMA....!!!!


Mohon Jangan Telat !!! Bagi yang TERLAMBAT HATI-HATI........



Peralatan yg harus dibawa untuk diklat KTA :


1. Datang pake seragam PALAWA WIMA + Celana Panjang + pake Scraf (bagi yang sudah 


dapat)


2. Bawa Baju + Celana Ganti


3. Sepatu Olah Raga + Pakaian olahraga


4. Mie Instan 2 Buah + makanan ringan


5. Alat makan + alat masak (nesting, kompor, parafin, dll)


6. Alat Tulis (buku tulis + bolpoin)



terima kasih... 

Salam Rimba

Monday, May 9, 2011

Tips membeli peralatan pendakian gunung

Tips membeli sleeping bag.
  • Perhatikan kapan dan dimana slepping bag tersebut akan digunakan. Belilah sleeping bag yang akan digunakan pada kondisi cuaca yang sering sobat hadapi.
  • Perhatikan aktivitas yang sobat lakukan dengan sleeping bag ini. Jika mendaki gunung saat musim hujan, pertimbangkan untuk membawasleeping bag yang berbahan sintetis. Jika berat yang menjadi masalah sobat, pilihlah sleeping bag yang berbahan down atau bulu angsa.
  • Perhatikan budget sobat. Jika punya uang lebih, tidak ada salahnya untuk membeli sleeping bag keluaran pabrik yang memang sudah teruji kualitasnya.
  • Perhatikan apakah sobat sering kedinginan atau susah tidur?, kalau yang pertama maka pilihlah yang hangat dan jika yang kedua carilah sleeping bag dengan ruang dalamnya yang cukup lega.
  • Periksalah setiap toko alat gunung dan lakukanlah sedikit penelitian. Lihat dan rasakan bahan material lapisan dalam beberapa sleeping bag yang berbeda. Lihat jahitan dan bahan lapisan luarnya.
  • Jangan sungkan-sungkan untuk membuka gulungan sleeping bag jika masih dalam keadaan tergulung dan lihat bagian dalamnya.
Tips membeli ransel.
  • Jika memungkinkan, cobalah dulu sebelum membelinya. Sobat bisa meminjam ransel dari teman sesuai ukuran yang sobat beli.
  • Kapasitas ransel dirancang sesuai style perjalanan, tinggi tubuh pengguna dan juga lamanya perjalanan. Belilah sesuai kebutuhan sobat.
  • Cobalah selalu back system ransel yang akan dibeli. Jika sobat tidak mengerti cara mengatur back system yang sesuai dengaN tubuh sobat, mintalah petugas toko untuk melakukannya.
  • Cobalah beberapa ransel keluran pabrik yang berbeda untuk melakukan perbandingan. Belilah ransel yang sesuai dan pas dengan tubuh sobat. Hindari  membeli ransel yang mempunyai kapasitas melebihi ukuran tubuh sobat.
Tips membeli tenda.
  • Apakah tenda tersebut mempunyai ketahanan terhadap air dan stabilitas terhadap kondisi cuaca buruk yang akan dihadapi?.
  • Apakah ruangnya cukup bagi pengguna beserta peralatan-nya?, berasarkan kapasitasnya (masuklah kedalam tenda dan pastikan ruangnya cukup bagi sobat dan peralatan sobat).
  • Apakah mudah untuk didirikan? (jangan hanya mendengarkan omongan penjualnya, suruh mereka mendemonstrasikan cara mendirikannya).
  • Jika dibutuhkan, apakah vestibule (teras depan) cukup lebar? (bayangkan jika vestibule kecil dan basah dengan kompor yang tengah menyala.)
  • Apakah pintunya cukup untuk akses dan apakah mempunyai jendela atau ventilasi lainnya?, apakah bisa ditutup rapat?.
  • Perhatikan dengan seksama material atau bahantenda. Perhatikan juga waterproofing dari flysheet-nya.
  • Perhatikan jahitan dan sambungan pada tenda. Apakah jahitannya tidak lepas?, juga apakah pada setiap jahitan sambungan tersebut diberikan lapisan waterproof?.
Itulah sedikit tips-tips bila kita akan membeli peralatan gunung, terutama sleeping bag,ransel, dan tenda. Semoga bermanfaat bagi sobat.***

KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA



KODE ETIK PECINTA ALAM
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia, sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta Alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang Maha Kuasa
Sesuai dengan hakekat diatas, kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah air.
4. Menghormati Tata Kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pecinta Alam sesuai dengan Azas Pecinta Alam.
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
Disyahkan dalam :
Forum Gladian Nasional ke-4
Ujung Pandang, 1974

Gunung Lawu

Untuk diklat ke-II yang diadakan 15 Mei 2011,kita akan mendaki Gunung Lawu. Sebelum itu saya akan memperkenalkan Gunung Lawu.


Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda.

Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu.

Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima.

Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu "Punden Berundak", Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih.

Puncak tertinggi gunung Lawu (Puncak Argo Dumilah) berada pada ketingggian 3.265 m dpl. Kompleks Gunung Lawu ini memiliki luas 400 KM2 dengan Kawah Candradimuka yang masih sering mengeluarkan uap air panas dan bau belerang. Terdapat dua buah Kawah tua di dekat  puncak Gunung Lawu yakni Kawah Telaga Kuning and Kawah Telaga Lembung Selayur

Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.

Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya.

Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah. Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang.

Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan dan turun di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib. Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini.


Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu


Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya. Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu.

Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang.

Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat "ilmu". Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam. Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit.

Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis.


Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang


Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi.

Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl).

Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem.


Ingatlah hai engkau penjelah alam :
1.Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki
dan senantiasa ;
1.Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita
sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan
melindunginya]
3.Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala
sesuatunya dengan baik.

 
Copyright (c) 2010 PALAWA WIMA and Powered by Blogger.